Friends or Love?
Namaku Cammy, menurutku hidupku itu membosankan. Aku bosan dengan hidupku yang datar-datar saja. Aku anak terakhir dari 2 bersaudara. Kakakku cowok dan sekarang sedang melanjutkan kuliah di luar negri. Aku juga memiliki 3 orang sahabat baik bernama Yuna, Zack, dan Yoru. Menurutku hidupku gak buruk-buruk amat tapi masih kurang satu hal yaitu pacar. Memang banyak yang menyukaiku, tetapi aku tidak suka dengan mereka. Katanya sih aku itu hampir sempurna, pintar dan memiliki badan seperti model. Tapi aku itu orangnya terlalu cuek, aku gak pernah peduli sama perasaan orang lain.
Seperti biasa aku berangkat sekolah bersama Zack karena rumah kami dekat. Pulang sekolah seperti yang sudah aku dan teman-teman dekatku rencanakan, kami semua pergi ke mall sekedar untuk refreshing. Setelah capek jalan-jalan seperti biasa pasti nongkrong di kafe Starbuck. Kliatan seperti orang-orang berduit memang, padahal kalau kami nongkrong di sana Zack yang selalu membayar.
Hari ini sebenarnya adalah hari ulang tahun Yuna dan kami sudah mempersiapkan kejutan untuknya. Aku, Yoru, dan Zack berpura-pura melupakannya. Tampaknya Yuna terlihat sedih karena kami semua melupakan ulang tahunnya. Sesuai yang sudah kami rencanakan, kami semua pergi meninggalkannya sendirian. Entah alasan pergi ke toilet, pulang duluan, dan alasan janjian sama temen lama. Dengan cepat kami langsung mengambil kado yang kami sembunyikan di ruma Yoru karena rumahnya dekat dengan mall tersebut.
Kami bersama-sama membawa kado yang sangat besar itu dengan susah payah. Dari kaca jendela kafe, kulihat Yuna duduk sendirian dan terlihat murung. Ku lihat juga dia mulai beranjak dan akan meninggalkan kafe. Buru-buru kami berlari menemuinya. Surprize!!! Yuna tampak terkejut dan gembira. Di bukanya kado besar itu dan ternyata berisi sebuah boneka tedy bear yang sangat besar.
Hari itu tidak seperti biasanya Zack pulang duluan, katanya sih urusan keluarga. Setelah Zack pergi, Yoru dan Yuna memberi tahuku bahwa Zack akan pindah ke luar negri karena ayahnya akan ditugaskan di luar negri oleh perusahaannya. Mendengar hal itu, aku sangat sedih.
Pulang dari kafe Starbuck, aku diantar pulang oleh Yoru. Sebelum sampai ke rumahku, aku meminta Yoru mengantarkanku ke rumah Zack. Sesampainya di rumah Zack, ku ketuk pintu rumahnya tetapi tidak ada jawaban. Kuintip jendela rumahnya dan kulihat rumah itu kosong. Tampaknya Zack sudah pergi tanpa berpamitan padaku. Aku yang sangat cuek dan sekalipun tidak pernah menangis inipun menangis. Yoru menghiburku, diusapnya air mataku dengan tangannya yang hangat.
Aku pulang dengan sangat sedih. Pada malam hari, kucoba menghubungi Zack tetapi sudah tidak aktif. Aku merasa menjadi teman yang sangat buruk. Aku tidak pernah memerhatikan sahabatku sendiri. Sampai-sampai aku tidak tau kalau Zack akan pergi. Tiba-tiba Yoru meneleponku. Dia menanyakan keadaanku. Tampaknya dia khawatirr denganku. Kemudian aku menanyakan pada Yoru kenapa Zack tidak memberitahuku kalau dia akan pindah. Yoru mengatakan kalau Zack tidak ingin aku sedih sehingga dia tidak memberi tahuku kalu dia akan pindah.
Paginya aku melakukan aktifitas seperti biasa, bangun pagi kemudian mandi dan sarapan. Seperti biasa pula aku menunggu dijemput Zack. Sudah setengah tujuh lebih dia belum dating juga. Tiba-tiba ayahku menegurku dan bertanya kenapa aku belum berangkat. Bodohnya aku, aku lupa kalau Zack tidak mungkin datang menjemputku seperti biasanya. Akhirnya aku sekolah diantar ayahku. Aku hampir saja terlambat sekolah karena tepat jam 07.00 aku baru sampai.
Hari ini aku duduk di sebelah Yuna. Pelajaran pertama adalah jam kosong, jam pelajaran yang paling aku sukai. Biasanya setiap jam kosong aku pasti ngobrol dengan teman-teman sekelasku seperti hari ini, kadang juga kalau jam kosong aku makan di kelas. Bel tanda pergantian jam pelajan terdengar. Itu tandanya jam kosong sudah habis, aku harus konsentrasi belajar di sekolah.
Pulang sekolah aku menunggu Zack di depan sekolah sendirian. Yuna pulang duluan dijemput pacarnya terus Yoru ada latihan basket. Bodohnya aku, buat apa aku menunggu Zack dia juga gak bakalan datang. Aku pun berjalan kaki menuju jalan raya yang tentunya dilewati angkutan umum. Saat berjalan, lewatlah sebuah motor dan berhenti di depanku. Ternyata itu Yoru. Lumayanlah dapat tumpangan pulang. Akupun pulang bersama Yoru. Sesampainya di rumah, Yoru memberiku sepucuk surat. Sebelum aku sempat bertanya, dia sudah keburu pergi.
Ku buka surat itu di kamarku. Ternyata itu surat dari Zack. Betapa senangnya perasaan ku saat itu. Di dalam surat tersebut, Zack meminta maaf padaku karena tidak member tahuku sebelumnya. Tertulis pula kalau dia akan kembali 3 tahun lagi. Di akhir suratnya tertulis “ I like you more than a friend.” Apa maksudnya ini? Apa mungkin Zack suka sama aku?
Kring…!!! Suara telepon menyadarkanku dari lamunan ini. Cepat-cepat aku keluar kamar dan kuangkat gagang telepon itu. Ternyata itu dari satu-satunya kakakku yang bernama Zero. Katanya dia sudah menyelesaikan kuliahnya dan tinggal mengurus kelulusannya saja. Katanya juga, seminggu lagi ia akan pulang dan akan bekerja di sini. Aku merasa senang
Seminggu pun berlalu, aku sudah tidak sabar dengan kepulangan kakakku sore nanti. Aku sudah sangat merindukannya. Karena hari ini bukan hari libur, maka aku pun sekolah seperti biasa dengan motor yang baru 3 hari lalu dibelikan orang tuaku. Seperti biasa, aku duduk di samping Yuna. Hari ini Yuna tampak berbeda dari biasanya. Mukanya tampak kantung mata seperti habis mengangis semalaman. Pulang sekolah kulihat ia tidak dijemput pacarnya. Ku tawari dia untuk pulang bersamaku. Ku antarkan dia ke rumahnya walaupun rumahnya tidak dekat dengan ku.
Sesampainya di rumah Yuna, kutawarkan dia untuk menceritakan masalahnya padaku. Aku tak mau menjadi teman yang buruk lag. Yuna menceritakan masalahnya padaku sambil menangis. Ternyata dia barusan putus dengan pacarnya karena pacarnya selingkuh. Ku tawarkan dia tissue dan kuhibur dia hingga dia merasa lebih baik.
Tak terasa hari udah gelap. Terdengar suara ketukan di pintu rumah Yuna. Waktu itu orang tua Yuna sedang ke luar kota dan adiknya sedang pergi bersama teman-temannya. Ku bukakan pintu rumah Yuna. Ternyata itu kakakku yang tadi sore baru saja pulang. Saat pulang ke sore tadi kakakku Zero sampai di rumah dengan keadaan pintu rumah terkunci dan tidak ada orang. Lalu dia ke minimarket memberli minuman dan bertemu Yoru yang memberi tahunya kalau kemungkinan aku ada di rumah Yuna.
Karena sudah malam dan kemungkinan adik Yuna menginap di rumah temannya, akupun mengajaknya menginap di rumahku. Aku pulang ke rumah dengan menaiki mobil keluarga Yuna karena tidak mungkin naik motor bertiga dan taxi yang tadi dinaiki kakakku sudah pergi. Di perjalanan tampaknya Yuna dan kakakku terlihat sangat cocok. Mereka terlihat akrab padahal belum pernah bertemu. Tetapi yang lebih baik Yuna dapat melupakan masalahnya.
Tahun demi tahun sudah berlalu, tidak terasa sudah 3 tahun. Yuna dan kakakku semakin akrab. Merekapun sudah hampir 1 tahun jadian. Aku dan Yoru juga semakin dekat dan akrab apalagi kami di terima di universitas yang sama. Tidak terasa ternyata aku sudah semester 2 dan Yoru semester 4. Aku dan Zack juga masih berkomunikasi dengan e-mail kecuali 2 minggu pertama setelah dia pindah. Katanya sih sibuk mengurus kepindahannya dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Hari ini Zack akan pulang, aku sudah sangat merindukannya. Aku ingin sekali menjemput Zack tapi sayangnya ada jadwal kuliah. Pulang kuliah aku langsung pulang kemudian menemui Zack. Saat di perjalanan aku mengalami kemacetan, katanya ada mobil bertabrakan dengan truk yang melaju dengan sangat kencang dan katanya ada yang meninggal.
Akhirnya. Sampai juga di rumah. Di teras rumah kulihat Yoru yang sepertinya sudah menungguku dari tadi dengan muka yang terlihat agak sedih. Di berikannya sebuah bungkusan kecil kemudian dia pamit dan pergi tak tau ke mana. Tiba-tiba Zack datang dengan muka tampak sedih. Ia mengatakan kalau Yoru meninggal karena kecelakaan. Aku tak dapat membendung lagi air mata ini. Zack mengusap air mataku dengan tangannya. Aku menangis dalam pelukannya yang hangat, menghangatkan jiwaku yang mulai beku karena kehilangan suatu hal yang sangat berarti bagiku. Ku buka bungkusan kecil itu, ternyata berisi sebuah cincin dengan batu berlian berwarna biru yang sangat indah. Terselip juga secarik surat dengan tulisan “Aku mencintaimu lebih dari segalanya walaupun kita takkan mungkin bersama lagi.” Sekarang aku sadar bahwa aku sebenarnya mencintai Yoru yang selalu menemaniku, mengihiburku saat ku sedih ketika Zack pindah, dan juga orang yang sudah mau menjadi sahabatku selama ini. Aku mencintaimu juga Yoru lebih dari seorang sahabat. Semoga engkau tenang di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar